contoh cerpen persahabatan
Tips Belajar

Contoh Cerpen Persahabatan yang Menggetarkan Emosi

Sahabat memang memiliki tempat tersendiri di dalam hati. Tanpa sahabat, rasanya dunia berwarna hitam dan putih saja. Untuk mengungkapkan kasih sayang terhadap sahabat, banyak cara yang bisa kita lakukan, mulai dari memberi kado, mengirimi kata-kata, hingga membuat cerita pendek atau cerpen persahabatan. Nah, di artikel ini, goKampus akan memberikan contoh cerpen persahabatan yang menggetarkan emosi. Yuk, simak!

Contoh Cerpen Persahabatan

Kamu bisa loh membuat cerita pendek berdasarkan imajinasi atau kisah yang terjadi antara kamu dengan sahabatmu. Mengutip dari Scribd, langsung saja kita lihat contoh cerpen persahabatan di bawah ini!

Cerpen berjudul “Dalang, Sebuah Impian” karya Yunanda Martina

Malam ini adalah malam yang indah, langit bertabur bintang. Di bawah bulan yang bersinar terang tepatnya di lapangan desa warga berkumpul untuk menyaksikan pertunjukan wayang kulit.

Penonton merasa senang dan terhibur, tetapi tidak untuk anak yang sedang duduk di pinggir jalan samping lapangan. Anak itu menunduk, butiran air mata mulai menetes membasahi pipi kanan dan kirinya yang kini terlihat merah menyala. Nampaknya anak itu terlihat sedih karena dua hari yang lalu dia telah kehilangan sesosok ayah yang sangat dia cintai.

Panggil saja anak itu Jono. Ia lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Jono mempunyai dua adik yang bernana Eva dan Nia. Eva saat ini baru menginjak kelas 2 SD dan Nia baru memasuki TK. Saat itu Jono bingung caranya menyelesaikan masalah ini, tetapi Jono masih tetap kuat dan bersemangat.

Jono memang anak yang sabar. Saat ia akan berdiri untuk menyaksikan Wayang, Jono dipanggil oleh seseorang. Ternyata itu adalah Pak Tono. Ia terlihat sangat tergesa-gesa.

“Pak ada apa?” tanya Jono.

“Itu, ibu kamu!” jawab Pak Tono gugup.

“Kenapa? Ibu saya kenapa?” tanya Jono lagi.

“Ibu kamu pingsan, Jono!” kata Pak Tono lagi.

“Ibu saya pingsan, pak?”

“Iya, ayo cepat pulang!”

Jono pun berlari menuju rumahnya. Ia sangat kaget dengan perkataan Pak Tono tadi dan takut jika terjadi sesuatu dengan ibunya. Di sepanjang jalan, ia hanya memikirkan ibunya. Setelah berjalan cukup jauh, Jono sampai di rumahnya dan Pak Tono menyusulnya. Ia bergegas pergi ke kamar untuk melihat keadaan ibunya. Jono membelai rambut ibunya. Di kamar ibu, ternyata telah ada ibu Tias. Sambil melihat keadaan ibunya tak terasa air mata tak dapat dibendung lagi.

“Sudah Jono, jangan menangis lagi!” hibur bu Tias.

“Iya, Jono. Jangan menangis, ibu sudah sembuh!” kata ibu Jono.

“Iya bu, Jono tidak akan menangis lagi!”

“Ya sudah, lebih baik kamu istirahat dulu!” ucap ibu.

Tak terasa hari telah pagi dan waktu telah menunjukkan pukul 05.00. Jono bergegas mandi dan segera berangkat ke sekolah. Namun, sebelum berangkat, Jono berpamitan kepada ibunya.

“Bu, Jono berangkat ke sekolah dulu!” kata Jono sambil menyodorkan secangkir teh hangat untuk ibunya.

“Iya, kamu hati hati di jalan ya!” balas ibu.

“Baik, bu.”

Jono bergegas berangkat ke sekolah bersama kedua sahabatnya Tino dan Paijo. Mereka berangkat selayaknya sahabat yang tak akan pernah terpisahkan. Setelah mereka sampai di sekolah, mereka masuk ke kelas masing masing. Mereka menyelesaikan pelajaran pada hari ini.

Pada akhirnya. bel pulang sekolah berbunyi dan para siswa pulang menuju rumah masing masing begitu juga dengan Jono, Tino, dan Paijo. Saat mereka sampai di tengah perjalanan, Pak Tono, tetangga Jono menghampiri mereka bertiga.

“Jono, Pujo, Tino!” teriak Pak Tono.

“Iya, ada apa, pak?”

“Ayo sini, kalian duduk sebentar saja saya traktir minum es cendol ini,” kata Pak Tono memesankan es cendol untuk mereka.

“Begini. bapak mau mengajari kalian belajar jadi dalang. Biar budaya wayang ini tidak punah. Kalian tahu kan, kalau kalian menjadi sangat piawai, bahkan beberapa dalang bisa keliling dunia dan makmur hidupnya. Bagaimana? Kalian bertiga kan anak cerdas dan sering membanggakan, jadi kalau kalian bersedia, anak-anak lain juga akan tertarik untuk ikut belajar?”

Tino menunjukkan binar matanya.

“Wah, senengnya bisa ikut mendalang, pakai blankon dan baju jawa dan menceritakan berbagai kisah pewayangan dengan nama-nama unik dan kisah-kisah menarik!”

Tino berdiri dan kedua tangannya menepuk satu sama lain.

“Oh, kau tertarik untuk belajar Tino? Bagaimana dengan yang lain?”

“Mau, mau!” Jono meyakinkan.

“Kalau begitu, kita mulai Jumat sore, bagaimana? Di rumah bapak.”

“Iya, pak! Baik, Pak Tono!” Pujo kali ini menyahut.

Sehabis mereka meminum es cendol traktiran Pak Tono, mereka berpamitan untuk pulang dengan perasaan yang sangat senang. Mereka tak sabar jumat depan belajar menjadi dalang. Mereka boleh menyentuh seperangkat wayang milik Pak Tono dan juga mungkin memainkan beberapa alat musik Jawa di rumah joglo besar tersebut. Pak Tono selalu baik sama siapa saja, tetapi rasanya menyentuh semua benda benda di rumah joglo Pak Tono merupakan kesempatan emas. Tak sembarang orang boleh melakukannya. Pada saat kebahagiaan melanda dua temannya, terlihat Jono masih menyimpan kemurungan.

“Kamu kenapa Jono, kamu masih sedih?” tanya Pak Tono.

“Saya memikirkan keadaan ibu saya” jawab Jono.

“Jono, kamu harus sabar!” ungkap Pak Tono.

“Iya Pak, saya akan berusaha!” balas Jono.

Setelah sampai di rumah, Jono demikian tak sabar untuk bertemu ibunya.

“Bu, maaf Jono pulang terlambat”

“Ayo masuk dan segeralah makan. Maaf ya, ibu hanya memasak apa adanya.”

“Iya, bu.”

Sore itu, saat Jono tengah asyik menyapu, Jono tak menyangka akan kedatangan Tino.

“Ada apa, Tino? Tumben sore sore begini kamu ke rumahku?”

“Begini, tadi saat aku sampai di rumah Joglo, Pak Tono memberi kabar bahwa akan ada lomba menjadi Dalang!“

“Wah, itu kesempatan yang bagus. Kapan rencananya?”

“Tiga bulan lagi!”

“Oh, jadi begitu? Terus, berarti kita akan latihan lebih sering?”

“Iya, betul. Dua kali seminggu. Nanti malam ini kita latihan juga!”

“Baiklah, aku siap.”

Jono bisa merasakan semangat Tino demikian besar dari gerak tubuhnya saat ia meninggalkan kebun rumahnya. Penglihatannya mengikut kepergiannya di atas sadel sepeda. Demikian pula di relung hatinya, ia berharap dan berandai andai, mungkin ini adalah jalan Jono mencapai cita-citanya menjadi seorang dalang yang terampil dan dibutuhkan banyak orang untuk pentas.

Ia menjelaskan pada ibu dan kedua adiknya mengenai lomba mendalang dan kebaikan hati Pak Tono yag akan melatih mereka dua kali seminggunya. Dengan sangat sabar Jono menjelaskan semua kepada adiknya mengenai kemungkinan jalan prestasi untuknya. Untung saja adik Jono juga adik yang bisa menerima impiannya mendalami seni budaya tradisional yang sudah kian ditinggalkan orang orang muda belakangan ini.

Di saat Jono akan menuju kamarnya Jono melihat ibunya yang sedang duduk di ruang tengah. Ibu Jono terlihat sangat sedih. Jono menghampiri ibunya. Ibunya memulai berbicara.

“Kau boleh memiliki cita-cita yang bagaimana pun tingginya, tapi sungguh ibu minta maaf tidak bisa memberi dukungan sebaik baiknya.”

“Ibu tidak usah berfikir begitu. Pak Tono tidak meminta jasa apa pun dari kami. Beliau orang kaya yang baik hati. Apalagi beliau hanya memiliki harapan mengenai lestarinya dunia pewayangan saja. Nah, jika salah satu dari kami menang, itu sudah membahagiakan beliau. Saya akan berusaha, bu.”

Ibu mengusap pundak Jono memberi semangat.

Pagi itu, persis pada hari Sumpah Pemuda, seperti biasa keluarga Jono bergegas beraktivitas seperti biasa. Adik-adiknya berangkat sekolah. Namun, ada yang beda bahwa hari ini ibunya mengantarkannya mengikuti lomba dalang di kabupaten. Mereka berangkat, wajah ibu masih terlihat pucat.

Meski begitu, ia berusaha memberikan kekuatan semangat untuk anaknya. Hampir tengah hari, nomor undian Jono membawanya melangkahkan kaki menuju panggung tempatnya berpentas. Pujo dan Tino sudah melewati gilirannya di awal.

“Bu, Pujo hebat sekali, ya!” celetuk Jono usai temannya itu pentas tadi.

“Iya, jika kamu mau berusaha pasti kamu akan lebih baik darinya!”

“Iya, bu, Jono pasti akan berusaha membanggakan ibu!”

Sekarang saatnya Jono membuktikan kemampuannya. Ia mencoba memainkan sebuah bagian perang Baratayudha antara Pandhawa dan Kurawa. Di hitungan sepertiga pentas Jono memainkan pertunjukan, ibu Jono pingsan. Bergegas Jono meninggalkan pertunjukan itu. Ia tak lagi peduli dengan sebuah iming-iming kemenangan.

Beberapa orang mengantarkan keduanya ke rumah sakit dengan mobil panitia. Untunglah, hasil pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Ibu Jono boleh rawat jalan sembari menunggu rujukan yang dapat digunakannya ke rumah sakit di kota.

Bahkan, ibunya membujuknya untuk kembali ke tempat lomba tersebut demi mengetahui dan menyemangati teman-temannya. Tiba di sana, sudah sangat sore. Jono demikian perhatian terhadap suara dewan juri yang mengumumkan peraih juaranya.

“Yang menjadi juara pertama adalah…”

Sang Juri memberi jeda untuk memberikan efek rasa penasaran dan kejutan.“Ia bernama Pujo Satriyo!” Seketika Pujo melonjak dan Jono memeluknya erat dari belakang hingga keduanya hampir jatuh bersamaan.

“Pujo, selamat, ya!”

“Iya, Jono aku berhasil! Ini semua berkat Pak Tono.”

“Kau memang layak mendapatkannya, Pujo!” Tino menepuk nepuk pipi Pujo.

“Kemenangan ini aku persembahkan buat pak Tono dan buat kalian!” muka Pujo bersemu merah, hendak menangis karena kebahagiaan itu.

Entah dari mana, Pak Tono tiba tiba sudah berada dekat dengan ketiganya. Roman muka Pak Tono demikian bahagia. Ketulusan dari kerja kerasnya menghasilkan buah kemenangan.

“Pak Tono, uang itu nanti saya akan berikan separuh buat ibu Jono untuk membeli beras,” Pujo langsung saja menyatakan keinginannya.

Memang di antara ketiga sahabat tersebut, Jono lah yang hidupnya sering berkekurangan.

“Kamu memang berhati mulia, Pujo. Kalian semua memang anak-anak yang bersedia untuk belajar. Bapak membanggakan kalian.”

Jono terkejut mendengar perkataan Pujo. “Terima kasih Pujo!” Sekali lagi ia memberi pelukan pada temannya tersebut.

“Iya, sama-sama!”

Pada ajang perlombaan itu, ternyata bukan saja kemenangan yang berarti, tetapi nilai persahabatan dan kepedulian sesama teman.

Itulah contoh cerpen persahabatan yang mampu menguras emosi. Gimana? Kamu terinspirasi menulis cerpen persahabatan juga? Untuk mulai menulis cerpen persahabatan, kamu bisa menulis berdasarkan pengalaman maupun membaca dari buku lainnya.

Oh iya, apakah kamu tertarik mengambil jurusan sastra? Kamu bisa explore jurusan yang kamu minati di Direktori Jurusan. Namun, kalau sudah mantap ambil kuliah jurusan tersebut, kamu bisa daftar kuliah di goKampus. Tinggal upload rapor, 1 jam diterima! Penasaran? Yuk, daftar melalui instant approval di sini.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *