Setiap tanggal 17 Mei, kita merayakan Hari Buku Nasional atau Harbuknas. Ini merupakan upaya negara untuk mengingatkan pentingnya literasi dan budaya membaca. Sudah bukan rahasia lagi kalau minat baca masyarakat kita tergolong rendah, bahkan bisa terbilang rendah banget, loh!
Menurut data UNESCO tahun 2020, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Waduh, apakah kamu termasuk 1 dari 1.000 orang? Untuk merayakan Hari Buku Nasional ini, goKampus akan membahas seputar serba-serbi literasi. Yuk, baca artikelnya sampai tuntas!
Hari Buku Nasional: Apa Penyebab Orang Malas Membaca?
Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61). Kok bisa parah begitu, ya? Berikut beberapa faktor penyebabnya!
1. Faktor lingkungan
Lingkungan sekitar adalah salah satu faktor utama yang membentuk sikap dan perilaku seseorang. Jika gak ada budaya membaca dalam keluarga atau teman-temanmu, wajar jika kamu jadi malas membaca. Bahkan, umumnya jika ada yang rajin membaca, teman-temannya mengejek ia sebagai kutu buku sehingga orang itu mungkin jadi malas membaca.
2. Faktor ekonomi
Harga buku di Indonesia relatif mahal jika kita bandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat. Misalnya, harga buku X di Indonesia hanya Rp100 ribu. Di Jepang, buku yang sama mencapai Rp300 ribu dalam rupiah. Namun, pendapatan per kapita Indonesia hanya Rp62,2 juta sementara Jepang mencapai Rp623,8 juta sehingga harga buku yang mencapai 3 kali lipat gak jadi masalah karena pendapatan rata-rata orang Jepang 10 kali lipat orang Indonesia.
3. Kecanduan Gadget
Gadget memang sangat berguna dalam kehidupan kita. Dengan gadget, kita bisa melakukan banyak hal, tapi sayangnya ini membuat kita juga bisa melupakan hal lain. Contohnya, medsos, layanan streaming video, dan game online yang bisa bikin pengguna gadget jadi kecanduan. Waktu mereka habis untuk berkutat dengan gadget-nya sehingga gak ada waktu lagi untuk bersosialisasi, apalagi untuk membaca.
4. Mau serba instan
Saat ini, apa-apa terbilang serba cepat ketimbang zaman dulu. Koran sudah ketinggalan jauh dari situs portal berita. Kamera film yang roll-nya mesti dicuci dulu untuk melihat hasilnya tentu saja, seperti siput yang bergerak sangat lambat daripada kamera digital pada ponselmu. Mengirim surat? Sudah gak zaman, tinggal Whatsapp, kok.
Dengan adanya gadget, internet serba cepat, medsos, digitalisasi dan sebagainya sekali lagi memang punya dampak positif, tapi juga ada dampak negatif. Kini ada kecenderungan bahwa anak muda menginginkan segala sesuatu serba instan sehingga gak menghargai proses. Padahal, membaca adalah sebuah proses yang relatif lambat. Boro-boro menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku pengembangan diri, kalau baca cerpen saja rasanya malas.
Literasi Menggerakkan Kehidupan Modern
Faktor-faktor di atas bikin masyarakat kita masa membaca, padahal literasi merupakan salah satu hal yang mengubah peradaban manusia. Bahkan, sejarah dimulai saat literasi mulai tercipta. Ah, masa sih?
Istilah literasi atau dalam bahasa Inggris “literacy” berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin yaitu “literatus”, artinya adalah orang yang belajar.
Literasi di planet Bumi berawal pada 3.000 tahun Sebelum Masehi, ketika orang Sumeria Kuno mulai menciptakan tulisan. Dalam masa yang tak jauh berbeda, orang-orang di Mesopotamia, Mesir, Indus dan Cina juga mulai mengembangkan tulisan. Berawal dari hieroglif, kini manusia mengenal abjad dan aksara untuk menulis.
Dari sana, kita bisa mengetahui bahwa literasi adalah salah satu hal terpenting dalam sejarah manusia. Berkat literasi, manusia bisa semaju sekarang. Tujuan dari literasi adalah untuk “memindahkan” pengetahuan dari generasi lalu ke generasi mendatang.
Coba deh bayangkan kalau gak ada huruf abjad tertulis, orang zaman dulu tentu bakal repot banget karena jika mereka ingin menjelaskan sesuatu ke generasi muda. Penjelasan harus secara lisan dan bertemu langsung.
Makanya nih,, sering ada ungkapan bahwa “buku adalah jendela ilmu” karena pada zaman dulu kalau kamu mau mencari ilmu, ya kamu harus banyak membaca buku. Zaman sekarang sih enak, kamu bisa menjelajahi dunia maya. Bahkan, kamu bisa gak usah membaca sama sekali. Kamu tinggal menonton video atau mendengar podcast sebagai salah satu sarana mendapat ilmu.
Hari Buku Nasional: Literasi Bukan Sekadar Membaca dan Menulis
Ngomongin soal literasi, apalagi di Hari Buku Nasional seperti saat ini, istilah tersebut gak sekadar membaca dan menulis. Menurut beberapa peneliti, tadinya literasi memang dipahami sebagai sekadar bisa membaca dan menulis.
Sementara itu, menurut kamus online Merriam-Webster, literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara, di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
Setelah 1950, pemahaman ini mulai berubah. Kini literasi dipandang sebagai sebuah konsep dan proses yang luas dan di dalamnya termasuk aspek sosial dan kultural dari membaca dan menulis serta literasi fungsional.
Di era modern ini, literasi juga dapat berarti kemampuan mengidentifikasi, mengerti, menginterpretasi, menciptakan dan komunikasi. Kemampuan tersebut penting dalam dunia modern yang berubah dengan cepat, serba digital dan berbasis teks dengan beragam informasi.
Masih menurut UNESCO, literasi memiliki efek positif, yaitu memberdayakan kita sehingga memungkinkan kita untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat dan berkontribusi untuk meningkatkan kehidupan.
Oleh karena itu, literasi juga menjadi pendorong untuk pembangunan yang berkelanjutan dengan adanya peningkatan kesehatan dan gizi anak, mengurangi kemiskinan dan memperluas kesempatan hidup.
Lembaga Education Development Center (EDC) memiliki pengertian yang senada dengan UNESCO. Menurut EDC, literasi adalah kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya dan gak sebatas kemampuan baca tulis.
Tujuan dan Manfaat Literasi
Definisi baru dari literasi membuat tujuan literasi agak bergeser di era modern ini. Tujuan literasi antara lain:
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi bermanfaat.
- Mengembangkan pemahaman dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.
- Meningkatkan kemampuan untuk menilai karya tulis secara kritis.
- Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang.
- Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.
- Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas.
- Meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Self Improvement agar Keluar dari Zona Nyaman
Sementara, manfaat literasi antara lain:
- Menambah perbendaharaan kata dan kosa kata.
- Mengoptimalkan kinerja otak karena otak jadi sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis.
- Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
- Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
- Kemampuan dalam memahami suatu informasi akan semakin meningkat.
- Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
- Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
- Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi seseorang.
- Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang bermakna dan menulis.
Baca Juga: Rekomendasi Buku Motivasi yang Bikin Kamu Semangat
Itulah serba-serbi literasi yang perlu kamu ketahui di Hari Buku Nasional. Bukan sekadar bisa baca dan menulis, kan? Mumpung lagi suasana Hari Buku Nasional, yuk mulai rajin membaca untuk meningkatkan ilmu dan kualitas diri kita sendiri!
Selain perlu banyak membaca, kamu juga bisa memperluas wawasan apalagi untuk mempersiapkan diri kamu terjun ke dunia kerja nantinya. Kalau kamu minat di bidang teknologi, yuk persiapkan diri kamu bersama goKampus dengan ikutan kelas bersertifikat dari AWS. Psst, kelasnya masih gratis loh! So, tunggu apa lagi? Klik di sini untuk cari kelas dari AWS yang sesuai dengan minatmu!