Sebagai manusia modern, hidup tak lepas dari musik. Rasanya jarang ada orang yang tidak suka mendengarkannya. Soalnya, lantunan tersebut menemani hidup kita, menjadi inspirasi, hingga sarana untuk berekspresi. Yuk, kita bahas serba-serbinya.
Alat Musik
Musik tak lepas dari instrumen atau alat. Bahkan, vokal manusia saja termasuk alat musik. Secara garis besar, ada dua jenis alat, yaitu ritmis dan melodis.
Ritmis adalah alat musik yang fungsinya untuk mengatur ritme atau irama. Perbandingan dengan alat melodis, alat ritmis tidak menghasilkan banyak nada. Bentuknya sederhana, karena tidak punya fungsi untuk mengatur nada.
Sebagian besar, cara memainkan alat ritmis adalah dengan cara pukul/mengetuk, entah itu dengan tangan atau menggunakan stick seperti drum. Ada juga yang digoyang-goyang seperti marakas. Selain itu, ada kastanyet yang digesek-gesek menggunakan jari tangan. Contoh alatnya adalah kendang, tifa, gong, triangle, tamborin, cajon, dan jimbe.
Sedangkan alat musik melodis adalah alat untuk menghasilkan melodi pada sebuah lagu. Melodi adalah suksesi linear dalam musik yang didengar dan diterima kita sebagai satu entitas tunggal.
Jika perbandingannya dengan ritmis yang umumnya untuk menjaga tempo, alat melodis sangat kaya nada. Untuk itu, melodis memiliki banyak tombol yang fungsinya menghasilkan banyak nada.
Beberapa alat melodis yang populer adalah piano, gitar, dan biola. Cara penggunaannya ada yang ditekan seperti piano, dipetik seperti gitar, kecapi, dan sasando, digesek seperti biola, ditiup seperti saksofon dan suling, juga dipukul seperti kolintang.
Sejarah Irama Kuno
Sekitar 180 ribu tahun lalu, otak manusia mulai berkembang menjadi lebih besar. Dengan begitu, manusia lebih pintar daripada hewan lain, bahkan bisa berpikir lebih jauh hingga di luar nalar dengan menggunakan imajinasi. Manusia juga mulai bisa menggunakan bahasa yang kompleks.
Faktor-faktor itu menjadikan manusia bisa membuat dan menikmati musik. Manusia purba kemungkinan terinspirasi pada suara-suara dari alam, seperti kicauan burung, desiran angin, derap langkah kuda, dan sebagainya untuk menciptakan musik.
Arkeolog dengan ilmu arkeologi telah menemukan monumen-monumen berupa makam dari era Mesir Kuno (2000 tahun SM) yang pada dindingnya tertulis riwayat kehidupan si penghuni makam. Terlihat bahwa seni musik mengambil peranan besar dalam mengiringi acara seperti tari-tarian, kematian, dan jamuan makan dengan beberapa alat seperti harpa, lyra, dan seruling.
Ratusan tahun kemudian, Dinasti Shang sedang berkuasa di Tiongkok (1600 SM-1000 SM). Arkeolog telah menemukan beberapa bukti transkrip dari era itu yang menggambarkan musik. Kemungkinan, mereka menggunakan okarina, suling, dan sejenis organ.
Saat itu, musik semakin mendunia hingga ke Yunani, India, Persia, Arab, dan Eropa, bahkan ke Indonesia.
Sejarah Irama Modern
Irama modern saat ini tak lepas dari sejarah masa lalu. Akar dari musik modern adalah Eropa pada abad Pertengahan, ketika lantunan semakin berkembang, bermula dari era renaissance.
1. Renaissance (Tahun 1500-1600)
Renaissance memiliki arti “kelahiran kembali”, karena pada era itu, tingkat kebudayaan tinggi yang hilang pada zaman Romawi telah kembali muncul. Pada zaman ini, muncul piano dan organ.
Komponis-komponis pada zaman Renaissance misalnya: Giovanni Gabrieli, Galilei, Claudio Monteverdi, dan Jean Baptiste Lully.
2. Zaman Baroque/Barok (1600-1750)
Zaman Barok bermula dengan munculnya aliran baru. “Baroque” berasal dari bahasa Italia “barocco” yang berarti aneh. Pada zaman ini, musik mulai rumit dengan melodi dan warna yang ruwet sehingga banyak anggapan aneh. Melodinya sendiri cenderung lebih mengalir dan lincah dibanding era Renaissance.
Alat yang digunakan antara lain violin, viola, terompet, flute, dan alat musik petik. Contoh musisi populer zaman Barok adalah Johann Sebastian Bach, Handel Antonio Vivaldi, dan Alessandro Scarlatti.
3. Klasik (1750-1820)
Pada masa ini, gaya musik lebih mengikuti kaidah formal ketimbang era Barok yang rumit dan aneh. Memahami irama di zaman Klasik lebih mudah dan umumnya bertujuan untuk menghibur.
Komposer era klasik yang populer adalah Johann Stamitz, Franz Xaver Richter, Carl Stamitz, dan Christian Cannabich. Namun, Wolfgang Amadeus Mozart adalah tokoh sentral dalam Era Klasik. Pasti kamu pernah dengar namanya, kan?
4. Romantik (1810-1890)
Pada zaman Musik Romantik, musik digunakan untuk mengungkapkan perasaan, sehingga musik mulai memakai jangkauan nada, dinamika, dan tempo yang luas, dengan ritme bervariasi dan kompleks. Intinya, warna suara musik romantik cenderung lebih kaya dan ekspresif dari era sebelumnya.
Komposer yang populer pada zaman Romantik adalah Ludwig van Beethoven, Johannes Brahms, Robert Alexander Schumann, Franz Peter Schubert, dan Frederic Chopin.
5. Era Peralihan (1880-1920)
Era Peralihan adalah era ketika musik sudah mulai beralih dari era Romantik ke masa modern. Aliran impresionisme, ekspresionisme, dan eksperimental mulai muncul dengan lagu yang semakin kompleks dan panjang. Komposer terkenal era Peralihan adalah Rachmaninoff, Debussy, dan Rimsky-Korsakov.
6. Modern
Awal abad 20, radio sudah ditemukan, sehingga musik bisa diudarakan hingga populer dan mendunia. Mulai muncul genre Pop, yaitu genre yang bisa diterima dan dinikmati banyak pendengar. Contohnya, Frank Sinatra, Nat King Cole, Elvis Presley, dan The Beatles yang terkenal hingga seluruh dunia, bahkan hingga saat ini.
Pada tahun 1960-an ke atas, para musisi juga mulai bereksperimen dengan teknologi seperti amplifikasi dan instrumen elektronik, menghasilkan alat-alat modern seperti gitar listrik, banyak digunakan band rock seperti Pink Floyd, Queen, Led Zeppelin, dan Guns N’ Roses.
Penggunaan synthesizer semakin luas pada 1970-an, menjadi awal mula kelahiran musik elektronik oleh Vangelis dan Giorgio Moroder. Aliran disco mulai muncul untuk menemani kawula muda melantai di lantai diskotik, dipimpin grup ABBA. Kini, alat modern yang menggunakan elektronik adalah dari kalangan musisi segala genre, umumnya pop.
Baca Juga: Bosan Gaya Belajar Itu-Itu Aja? Ikuti Tips Belajar Ini Yuk
Jurusan Musik
Belajar musik kan bisa otodidak, untuk apa kuliah di jurusan ini? Mungkin pertanyaan itu muncul saat kamu mendengar tentang jurusan ini. Sebenarnya, kuliah di jurusan ini bisa punya prospek cerah, loh.
1. Belajar Apa di Jurusan Ini?
Tentunya kamu akan mempelajari musik secara dalam dan serius. Mulai dari sejarah, teori, aspek-aspek seperti melodi, ritme, dan harmoni.
Kamu akan bertemu dengan berbagai mata kuliah seperti Teori Musik, Teori Bentuk Musik, Sejarah, Koor/ Orkes/ Ensambel, Instrumen Dasar Piano, Baca Partitur, Solfegio, Kontrapung, Harmoni, Instrumen Mayor, Kondakting, Kritikus, Analisis Bentuk Musik, dan sebagainya.
Kamu juga akan mempelajari teknik aransemen, keterampilan memproduksi secara kolaboratif, juga kemampuan bermain instrumen dan mempelajari teknik vokal.
Saat kuliah, kamu harus memilih instrumen mayor yang akan kamu pelajari secara mendalam, misalnya piano, gitar, biola, violin, cello, terompet, saxophone, perkusi, hingga vokal. Wah, buat kamu yang suka main musik, kapan lagi dapat nilai dengan hal yang kamu senangi?
2. Prospek Jurusan
Dengan kuliah di Jurusan ini, tentu saja kamu bisa banget menjadi musisi. Bekal ilmu yang kamu dapatkan selama kuliah tentu jauh lebih lengkap ketimbang musisi yang belajar secara otodidak. Meskipun ini belum tentu menjamin kesuksesanmu, setidaknya kamu selangkah di depan mereka.
Ingat, orang yang kuliah di jurusan ini gak cuma jadi komposer, vokalis, dan pemain musik. Masih banyak profesi lain yang tersedia di industri tersebut seperti soundman, music director, arranger, produser, pengamat, dan masih banyak lagi.
Jurusannya juga punya banyak jenis. Ada yang mempelajari bersama seni drama dan tari, membuat peluangmu menjadi lebih besar lagi. Untuk kamu yang ingin jadi guru/dosen seni musik, tentu saja kamu bisa mengawali langkah melalui jurusan ini.
Lalu, kuliahnya di mana? Ada beberapa universitas yang menyediakan jurusan tersebut, antara lain:
1. Universitas Pendidikan Indonesia
2. Institut Seni Indonesia Yogyakarta
3. Universitas Negeri Semarang
4. Sekolah Tinggi Internasional Konservatori Musik Indonesia
5. Universitas Negeri Manado
6. Universitas Negeri Makassar
8. Institut Seni Indonesia Padang Panjang
9. Institut Kesenian Jakarta – LPKJ
10. Universitas Palangka Raya
Baca Juga: Dapat Cuan Jutaan Rupiah? Gampang, Yuk Ikutan goKampus Writing Competition!
Gimana, guys? Tertarik kuliah di jurusan musik? Kamu bisa memilih universitas favorit dan paling cocok untukmu di goKampus! Dapatkan beasiswa senilai total Rp10 miliar dan CASHBACK hingga Rp500 ribu bagi kamu yang daftar Instant Approval melalui Aplikasi goKampus. Penasaran? Klik di tautan ini ya.