Setelah memasuki pertengahan bulan Ramadan, biasanya banyak orang yang mulai bertanya, “Kapan pelaksanaan hari raya Idul Fitri?”. Pertanyaan ini muncul lantaran setiap tahunnya tanggal Idul Fitri memang selalu berubah. Jadi nggak seperti hari-hari besar lainnya yang cenderung jatuh pada tanggal yang sama. Mengapa demikian? Kita bahas yuk.
Secara sederhana, selalu berubahnya hari lebaran sebenarnya karena kita menggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, telah sepakat menggunakan kalender Masehi untuk menentukan hari, bulan, dan tahun. Sementara khusus Hari Raya Idul Fitri, umat Islam menggunakan sistem penanggalan Hijriah. Kedua sistem penanggalan ini punya hitungan hari dan bulan yang berbeda.
Jadi wajar saja bila kita merasa Hari Idul Fitri selalu berubah. Hal itu terjadi karena kamu melihatnya dari penanggalan Masehi. Sedangkan kalau kamu melihatnya dengan penanggalan Hijriah, sebenarnya Hari Raya Idul Fitri gak berubah, tetapi selalu jatuh pada tanggal 1 Syawal.
Baca Juga: 7 Ide Konten Idul Fitri Biar Viral Di Media Sosial
Kapan Hari Raya Idul Fitri Versi Kalender Masehi dan Hijriah?
1. Tahun Masehi
Dasar perhitungan kalender Masehi adalah menggunakan perputaran bumi mengelilingi Matahari (revolusi). Satu hari adalah jumlah waktu yang diperlukan bumi untuk melakukan rotasi, dan satu tahun adalah jumlah waktu yang diperlukan Bumi untuk mengelilingi Matahari. Satu tahun revolusi sama dengan 365,25 hari. Angka 0,25 atau 1/4 tersebut ditambahkan ke dalam bulan Februari yang hanya terdiri dari 28 hari. Jika “dikumpulkan” dalam 4 tahun, 1/4 hari tadi menjadi 1 hari, sehingga setiap 4 tahun bulan Februari mendapat 1 hari tambahan jadi 29 hari.
Dalam setahun, tahun Masehi dibagi menjadi 12 bulan dengan pembagian jumlah hari sebagai berikut:
Januari: 31 hari
Februari: 28/29 hari
Maret: 31 hari
April: 30 hari
Mei: 31 hari
Juni: 30 hari
Juli: 31 hari
Agustus: 31 hari
September: 30 hari
Oktober: 31 hari
November: 30 hari
Desember: 31 hari
2. Tahun Hijriah
Dasar perhitungan kalender Hijriah adalah revolusi bulan atau peredaran bulan mengelilingi bumi. Satu bulan ditandai dari bulan sabit hingga kembali ke bulan sabit, yang bila dihitung berjumlah 29,5 hari. Dengan begitu, satu tahun kalender Hijriah berjumlah 354 hari atau lebih pendek 10-11 hari dibanding Masehi. Sebab Hijriah pun juga punya tahun kabisat yang berjumlah 355 hari. Jadi wajar saja kalau rasanya hari-hari besar Umat Islam selalu bergeser lebih awal sekitar 11 hari kalau kamu melihatnya dengan tahun Masehi.
Dalam 1 Tahun, Kalender Hijriah Ada 12 Bulan
Muharam: 29 hari
Safar: 30 hari
Rabiul Awal: 29 hari
Rabiul Akhir: 30 hari
Jumadil Awal: 29 hari
Jumadil Akhir: 30 hari
Rajab: 29 hari
Syaban: 30 hari
Ramadan: 30 hari
Syawal: 30 hari
Zulkaidah: 29 hari
Zulhijah: 29/30 hari
Nah, sampai sekarang sudah cukup paham ya. Tentunya ada sejarah yang sangat panjang terkait penanggalan-penanggalan tersebut. Hal ini terjadi karena pada dasarnya fenomena alam di setiap daerah itu berbeda. Sementara sejak awal peradaban manusia dulu, selalu menggunakan alam dalam menentukan waktu. Jadi jelasnya begini:
Pada 10.000 tahun yang lalu, gak ada orang yang tahu bahwa hari ini adalah hari apa, bulan apa, dan tahun berapa. Setiap harinya, manusia cuma melakukan kegiatan yang sama seperti berburu dan meramu makanan untuk bertahan hidup. Lalu ketika hewan buruan bermigrasi, tanaman gak tumbuh, cuaca berganti, dan lain-lain, muncul kesadaran bahwa ada pola atau siklus yang berulang. Mereka berpikir alam selalu berubah tapi kembali ke pola yang sama. Saat itulah konsep “tahun” muncul di kepala mereka.
Kemudian ketika peradaban mulai mengenal pertanian, mereka sadar dalam waktu tertentu tanaman tidak bisa selalu tumbuh. Posisi bintang di langit dan matahari juga terus berubah dan berulang. Saat itulah mereka mengenal konsep musim dan bulan. Mereka pun menggunakan perubahan fenomena alam tersebut untuk menentukan kapan waktunya menanam, memanen, memancing, dan berburu.
Nah, perubahan alam ini ternyata gak sama untuk semua wilayah di Bumi. Ada wilayah yang waktu siang dan malamnya berbeda. Ada wilayah yang lama dingin dan panasnya berbeda. Hal ini membuat kelompok manusia di wilayah tertentu punya penentuan waktunya masing-masing. Jadi wajar saja bila sekarang, ada begitu banyak penanggalan seperti Masehi, Hijriah, Penanggalan Jawa, Cina, Aztec, dan lain-lain.
Jadi Kapan Hari Raya Idul Fitri 2022?
Kembali ke topik awal, jadi kapan hari raya Idul Fitri 2022? Kalau melihat penjelasan sebelumnya, tahun Hijriah menggunakan sistem penghitungan bulan berdasarkan bulan baru, yakni dari bentuk bulan sabit sampai ke bentuk bulan sabit berikutnya. Artinya, kapan hari raya Idul Fitri 2022 akan terjawab ketika hilal kemunculan bulan sabit baru sudah terlihat.
Acara melihat hilal untuk menentukan kapan hari raya Idul Fitri sendiri biasanya dengan mengadakan sidang Isbat. Namun sebagai perkiraan, mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yakni Nomor 963 Tahun 2021 Menteri Agama (Menag), Nomor 3 Tahun 2021 Menteri ketenagakerjaan (Menaker), dan Nomor 4 Tahun 2021 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2022, hari raya Lebaran jatuh pada 2-3 Mei 2022.
Bagi kamu yang merayakan idul fitri, selamat hari raya! Semoga selepas hari raya, pendidikan dan kariermu makin lancar. Kalau kamu merasa harus upgrade skill, coba ikutan kelas online di goKampus yuk! Ikut kelas online di goKampus, skill meningkat, dapat sertifikat bonafide siap kerja dari luar negeri! Asik kan? Klik di sini untuk info detailnya ya.