Saat mengunjungi museum wayang, sempat terpikir kalau dalang dalam wayang, bisa dibilang, seperti content creator atau sutradara di zaman ini. Bahkan, “sutradalang” lazim jadi istilah becandaan dalam tim produksi film. Kalau mau belajar content creation & marketing strategy, kamu bisa belajar gratis di kelas ini. Sekarang, kita akan lebih dulu membahas tentang museum wayang.
Wayang merupakan salah satu warisan budaya asli Nusantara yang mesti kita jaga. Untuk mengapresiasi seni pertunjukkan tradisional ini, ada tiga museum wayang yang bisa kamu kunjungi.
Yup, ada tiga. Jika kamu googling “museum wayang”, yang keluar adalah Museum Wayang Jakarta saja. Padahal, di Indonesia ada tiga museum wayang. Yuk, langsung saja kita bahas ketiganya.
Museum Wayang Jakarta
Museum ini berada di Jalan Pintu Besar Utara No.27, Jakarta Barat. Rupanya, gedung museum ini merupakan gedung yang sangat tua. Bahkan, usianya sudah nyaris 4 abad! Wah, artinya sembari melihat wayang, kita bisa melihat sejarah.
Ketika dibangun pertama kali pada tahun 1640, gedung ini bernama De Oude Hollandsche Kerk (“Gereja Lama Belanda”), lalu direnovasi pada 1732 dan berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda). Sayangnya pada 1808, gedung ini hancur akibat gempa bumi.
Di atas bekas reruntuhan itu, dibangunlah gedung Museum Wayang, yang akhirnya diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah beberapa kali dipugar, beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang Jakarta memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain.
Hingga kini, Museum Wayang Jakarta punya koleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan.
Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Tiongkok dan Kamboja, bahkan ada juga boneka yang berasal dari Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India, dan Kolombia.
Museum Kekayon di Yogyakarta
Museum ini berada di Jalan Jogja-Wonosari Km.7 No.277 dan didirikan pada tahun 1990. Koleksinya cukup lengkap, menampilkan sejarah wayang dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam museum ini terbuat baik dari kulit, kayu, kain, maupun kertas.
Ada tiga koleksi unggulan Museum Wayang Kekayon, yaitu:
1. Wayang Purwa Punakawan
Punakawan merupakan empat sekawan, figur penghibur khas Jawa yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
2. Wayang Golek Menak Gaya Yogyakarta
Wayang golek adalah sejenis boneka yang dimainkan seperti wayang. Wayang ini menceritakan kisah bangsawan dari Arab.
3. Wayang Purwa Karna Tandhing
Dalam kisah Mahabarata, terdapat kisah peperangan antara dua orang kakak beradik namun berada di kubu yang berlawanan. Tokoh Karna menaiki kereta perang yang dipandu oleh Prabu Salya untuk melawan tokoh Arjuna menaiki kereta perang yag dipandu oleh Prabu Sri Bathara Kresna.
Museum Wayang Sendang Mas, Banyumas
Museum ini terletak di Jalan Gatot Subroto No. 1, Banyumas, Jawa Tengah. Museum Sendang Mas didirikan pada tanggal 31 Desember 1983, dikelola oleh Yayasan Seni Budaya Sendang Mas. Rupanya, nama “Sendang Mas” ada kepanjangannya sendiri yaitu Seni Pedalangan Banyumas.
Koleksi utamanya adalah wayang-wayang dalam Gagrag Banyumasan, terutama tokoh Bawor yang hanya ada dalam wayang Banyumasan. Wayang Gagrag Banyumasan merupakan tipe wayang khas yang hanya mengambil sebagian elemen dari wayang yang berasal dari daerah lain di Jawa seperti wayang Yogyakarta, wayang Kedu dan wayang Surakarta.
Sesuai karakter masyarakat Banyumas yang mengagungkan kebebasan dan keterbukaan, Wayang Gagrag Banyumasan mengandung banyak unsur humor dibanding wayang lain yang lebih baku.
Selain wayang, terdapat koleksi benda-benda purbakala dari bahan batu dan kayu yang ditemukan di sekitar kabupaten Banyumas, juga benda Tosan Aji, dan koleksi buku di perpustakaan museum.
Itulah tiga museum wayang yang cocok bagi kamu yang ingin menghargai budaya Nusantara. Kebayang, ya, bagaimana wayang menjadi media untuk masyarakat pada zamannya dalam bersosialisasi. Wayang juga menjadi media menyampaikan pesan, motivasi, atau bahkan sekedar humor yang menghibur.
Kalau zaman ini, tentu medianya sudah berubah. Sekarang, kita punya YouTube, TikTok, Instagram, dan masih banyak lagi. Kamu seharus bisa memanfaatkan semuanya. Tentunya, kamu perlu belajar dan berlatih untuk membuat konten berkualitas seperti para dalang bisa jadi influencer pada zamannya.
Berikut ini kelas-kelas yang bisa kamu pelajari secara gratis untuk jadi content creator berkualitas: